Selasa, 12 Mei 2009

Mencicipi Pantai-pantai Virgin di Bali



Pantai Geger (atas)





Pantai Padang-padang (atas) dan Pantai Uluwatu (bawah)




Namanya wisata, umumnya yang dicari adalah 3S : see, sun and s.. hihihi maaf yang terakhir itu ga bisa saya sebut . Well, kalo kita inget Bali pastinya wisata ‘Sun’ adalah yang termasyhur. ‘Bali punya gorgeus landscape ’, begitu puji SBY di pembukaan ADB Annual Meeting yang disambut riuh seluruh audiens. Pastinya, kalimat tadi merefer ke puluhan pantai yang dimiliki Bali. Sudah barang biasa kita dengar nama-nama pantai seperti Kuta, Sanur, Nusa Dua atau Jimbaran. Harus diakui keindahan pantai-pantai tadi memang masih legendaris, tapi keramaiannya itu yang membuat wisatawan kadang mencari pantai lain yang punya taste ketenangan dan alam yang masih perawan. Di selatan Bali, sekitar 20 km dari bandara Ngurah Rai kita bisa temukan keunikan ini. Cobalah kunjungi pantai Geger, Uluwatu atau Padang-padang.

Pantai Geger berlokasi di wilayah Nusa Dua. Tinggal belok kanan di perempatan akhir jalur By Pass Ngurah Rai, Pantai Geger bisa ditempuh 10 menit dari jalur tersebut dengan mobil pribadi atau motor. Nggak seperti pantai-pantai di Jawa yang selalu pasang tarif untuk dikunjungi, pantai-pantai Bali terkenal gratisan. Kita cukup menyediakan kocek Rp 1.000,- untuk parkir atau tidak perlu sama sekali karena banyak juga yang tidak ada penjaga parkirnya. Begitu juga dengan pantai Geger, konsepnya all you can eat (dalam bahasa saya he2) soalnya kita bisa menikmati keindahannya sepuasnya, sepi dan gratis-tis. Ketenangan di Pantai Geger dijamin, nggak ada turis sama sekali di pantai ini karena sepertinya potensi yang dimiliki belum begitu diekspos.

Di awal memasuki kawasan pantai Geger kita akan disambut oleh lahan parkir yang cukup luas tapi belum terkelola, ditambah lagi dengan sebuah resto seafood yang agak sepi. Untuk turun ke pantai harus melewati semak belukar yang agak tinggi. Tapi jangan khawatir karena semak-semak ini nggak terlalu luas. Di akhir semak-semak tadi kita akan menemui tangga kecil ke arah bawah untuk melintasi batu karang dan akhirnya sampai ke pasir putih pantai ini. Keindahannya terasa betul karena susunan batu karang didukung dengan pasir putih yang landai terlihat begitu kompak dengan permukaan laut yang berwarna kebiruan. Apalagi ditambah dengan suasana tenangnya, membuat kita lupa sejenak akan kepenatan hidup di kota. Sayangnya bila mengunjungi tempat ini agak sore, ombaknya begitu besar sehingga tidak bisa dinikmati untuk berenang.

Pantai selanjutnya adalah pantai Padang-padang dan Uluwatu. Jalur ke pantai ini bisa melewati By Pass Ngurah Rai ke arah Universitas Udayana atau lewat jalur Jimbaran. Kedua jalur tersebut mengarah pada sebuah bukit kapur di jalan raya Uluwatu. Di hulu jalan tersebut banyak sekali terdapat resor-resor terkenal dan melewati kawasan Garuda Wisnu Kencana Cultural Park tentunya. Berjalan terus ke arah timur setelah kawasan resor Pecatu, akan banyak ditemui homestay-homestay dan sejumlah resto sederhana yang menawarkan makanan bercita rasa internasional. Nah di sekitar sinilah letak pantai Padang-padang. Keindahannya sudah terlihat dari atas jembatan yang kita lewati (lihat foto). Memasuki pantai ini, kita disambut oleh pura kecil yang eksotis karena menghadap langsung ke pantai dari atas ketinggian bukit. Setelah itu kita harus melintasi celah kecil yang terbentuk dari batu karang. Pantainya sendiri sangat landai dan pasirnya begitu putih. Namun air laut disini menjadi daya tarik utama karena jernih dan sangat kondusif untuk berenang. Bagi yang mau mencoba surfing, disinilah tempatnya. Nggak perlu capek mengayuh ke tengah laut untuk mencari ombak, di sini ada beberapa nelayan yang menawarkan jasanya untuk membawa kita ke tengah laut.

Pantai yang terakhir adalah pantai Uluwatu. Jarak antara pantai Padang-padang dengan Uluwatu tidak begitu jauh. Estimasi saya mungkin sekitar 5 km. Nah disinilah tempat terbaik untuk surfing, ombaknya begitu stabil bahkan sampai menjelang malam. Mau berenang, kejernihan pantai ini nggak kalah dengan pantai padang-padang. Batu-batu koralnya yang menyembul diantara jernihnya air juga cocok banget buat foto-foto pre wedding hehehe. Untuk berjemur? Jangan tanya, disinilah saya terkaget-kaget menemukan puluhan bule asyik sunbathing tanpa selembar benang pun. Rasanya nggak seperti di Indonesia lagi yang punya RUU Pornografi. Yeah, siapa yang ngelarang. ‘Ini Bali, bung’, kata teman saya yang besar di Bali.

Sabtu, 09 Mei 2009

Stop Pay Pleace For Parkking

Gambar ini didapat di parkiran pantai uluwatu. coba baca baik-baik..
STOP PAY PLEACE >> ini artinya 'silakan berhenti untuk membayar bukan?'
++ PARKKING
++ TO GO SURF BEACH
++ WE ORGANICE STREET

hehehehe

Jumat, 08 Mei 2009

Terdampar di 42nd ADB Annual Meeting



Ga nyangka, waktu buka email UGM hari itu saya menerima undangan dari ADB untuk menghadiri sebuah acara prestisius. Yup, itu dia ADB (Asian Development Bank) Annual Meeting yang diselenggarakan di Bali International Convention Center (BICC), Westin Hotel and Resort, Nusa Dua Bali. Acara ini dihadiri oleh sekitar dua ribu peserta dari 67 negara anggota dengan agenda berupa sidang tahunan, seminar, eksebisi, presentasi negara-negara anggota dan diskusi panel. Tanpa pikir panjang, saya langsung arrange perjalanan ke Bali. Untungnya waktu itu Mandala Airlines sedang berulang tahun ke 40. Ada 40 ribu seat gratis dan saya beruntung mendapatkannya sehingga cost perjalanan bisa ditekan sampai 50%.

Acara ini sebenarnya dimulai tanggal 2 Mei 2009, tapi karena saya harus menghadiri pembekalan KKN yang tidak bermutu itu, mau nggak mau tanggal 2 malam saya baru berangkat ke Bali. Keesokan harinya tanggal 3 pagi saya bergegas ke BICC untuk registrasi. Proses registrasinya berlangsung cepat, hanya perlu menyerahkan nomor ID yang tercantum dalam undangan untuk ditukar dengan sebuah map. Dalam map tersebut telah dicantumkan identitas dan foto kita. Map berisikan schedule of events, handbook dan beberapa kupon untuk mendapatkan fasilitas konferensi. Selain itu saya juga menerima sebuah ID Card.

Dengan ID Card digenggaman, saya menuju pintu masuk BICC. Ada beberapa pemeriksaan ketat yang terkesan lebai di sana. Backpack hitam manis saya digeledah habis-habisan lalu discan persis seperti prosedur di bandara. Lolos proses screening barang bawaan, saya lalu menapakkan diri ke pintu masuk. Agak aneh juga (atau emang saya yang ndeso hehehe), ID card yang tanpa barcode tadi ternyata sudah dilengkapi semacam face detection. Tanpa harus menyodorkan ID card, begitu masuk alat pemindai langsung mengeluarkan gambar wajah dan identitas saya..waaah saya ganteng juga ya ternyata..ha..ha..ha
Begitu berada di dalam BICC, culture shock kumat. Gimana nggak? Saya hampir nggak ngeliat manusia sepantaran karena keliatannya saya paling muda. Selain itu, BICC keliatan crowded banget sama bule-bule yang tampangnya intelek abis, beda banget sama bule yang saya liat di Kuta. Sempet ngerasa juga, ini ga seperti acaranya ADB yang asian tapi malah OECD yang anggotanya lebih banyak Eropa.


Tapi shock itu nggak berjalan lama, saya langsung duduk sejenak menenangkan diri untuk membaca handbook. Yeah, it works. Handbook yang diberikan panitia ADB Annual Meeting sangat membantu. Saya bisa menuju tempat-tempat konferensi dan fasilitas yang ada tanpa nyasar di tengah BICC yang luas banget. Dengan handbook tadi saya bisa nyari tempat-tempat yang cozy buat mengisi pergantian sesi. Tempat favorit saya adalah internet center pastinya,,

Dari 5 hari penyelenggaraan, banyak hal yang saya dapat. Ilmu dan wacana baru tentang pembangunan jelas didapat, tapi saya nggak akan bahas disini karena highlightnya bisa dibaca di situs ADB. Soal miliu internasional, ini yang menarik. Saya sempat berkenalan rekan mahasiswa dari Uzbekistan, Australia, Jepang dan China. Mereka mengajak saya berdiskusi banyak soal pembangunan dan sharing tentang kondisi di masing-masing negara. Dari kesempatan tersebut umumnya mereka memandang positif Indonesia dari sisi ekonomi maupun politik. Saya paling tertarik dengan rekan dari Uzbekistan karena negara ini jarang dibahas di dunia internasional. Ia juga sempat membawa saya ke stand negaranya dan memberikan buku panduan investasi dan pariwisata di negara itu. Waah, kapan ya bisa kesana....

Overall acara ini luar biasa, karena dari segi penyelenggaraan hampir tidak ada cacat. Acara-acara pendukung seperti cultural events yang diselenggarakan di kawasan patung Garuda Wisnu Kencana berjalan menarik karena dihadiri oleh artis sekelas Krisdayanti dan Ita Purnamasari. Penampilan Bapak Anggito Abimanyu (mantan petinggi PT TELKOM yang kini kepala Badan Kebijakan Fiskal Depkeu) sebagai pemain flute sungguh tidak disangka-sangka. Even budaya juga ditampilkan saat pembukaan yang dihadiri oleh Presiden SBY dan presiden ADB Haruhiko Kuroda. Acara tersebut mendapat sambutan hangat dari seluruh peserta.