
Kecewa, itu kata utama yang ada dalam benak saya hari ini. Gimana enggak, jauh-jauh saya pulang dari Jogja ke Jakarta buat Pemilu yang ternyata cuma menyatakan saya nggak berhak ikut. Padahal dapetin tiket ke Jakarta di masa pemilu itu nggak mudah, hampir semua angkutan load factornya full. Saya pun nekat pesan tiket pesawat jauh-jauh hari, kalau ga salah sekitar sebulan lalu. Bahkan khusus buat pemilu ini juga saya udah prepare punya pilihan, padahal biasanya saya baru mikir di bilik suara :D
Sia-sia deh semuanya, waktu sadar ternyata nama saya dan keluarga (ada 4 orang) ga terdaftar dalam DPT. Awalnya nggak percaya juga sampai saya cek ke beberapa TPS di sekitar rumah. Anehnya waktu di pilkada DKI tahun lalu kami terdaftar, bahkan keluarga kami menempati nomor urut 1-4 tapi pas pemilu 2009 nama kami sama sekali nggak ada. Tambah terheran-heran lagi ketika tetangga kami, sepasang suami istri yang udah meninggal 10 tahun lalu dan rumahnya sudah kami beli malah terdaftar !!! Yeah, saya tidak menginginkan golput tapi officially harus golput...
Di balik samua kekecewaan itu, saya masih terhibur. Toh walaupun saya tidak dapat berpartisipasi , partai yang akan saya pilih masih unggul di berbagai quick count. Tapi saya juga masih memendam kekhawatiran. Kondisi carut-marutnya DPT seperti ini bukan tidak mungkin akan membuka peluang bagi parpol yang berkurang konstituennya untuk mencari-cari alasan atas klaim pemilu yang tidak jujur dan adil. Tugas berat untuk Mahkamah Konstitusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar