Kamis, 29 Januari 2009

Jeruk Itu Dari Sektor 22 Gelora Bung Karno

jam 9 pagi, habis nyusurin jalanan jakarta yang isinya Raikkonen dan Rossi semua, kami sampai juga di pintu JHCC Gelora Bung Karno. Tujuannya cuma satu, dapetin tiket pertandingan sepakbola kualifikasi Piala Asia 2011 antara timnas 'merah putih' vs 'the socceroos' Australia. Menurut pengalaman yang lalu-lalu, khususnya waktu Piala Asia di Jakarta, berburu tiket sepakbola ibarat orang mau mudik. Kudu dengan perjuangan tersendiri bahkan kalo perlu nginep di stadion. Tapi hari itu beda banget, kita kecele. Loket dibuka jam 11. Oh God...2 jam ngapain nih?

beruntung di Istora lagi ada Kompas Gramedia Fair, jadi ada pelarian buat ngisi waktu 2 jam. Puas keliling, kita ke ticket box. Kaget setengah mati, penjual tiket yang biasanya pakai seragam atau setidaknya name tag, hari ini nggak beda sama calo. Sempat ragu, jangan2 mereka benar-benar calo. Akhirnya kami ngetes, tanya harga tiket. Harga tiket normal buat VIP Tribun Kehormatan Rp 100.000,-, VIP Rp 75.000, Kelas 1 Rp 50.000, Kelas 2 Rp 30.000,dan Kelas 3 Rp 20.000. Ternyata yang ia jual adalah harga normal, so kami berkesimpulan dia bukan calo. Bukan tanpa alasan kami begitu takut calo, karena sebelum loket dibuka pun kami udah ditawari tiket ! 3 lembar tiket kelas 2 akhirnya kami bayar di ticket box. kelas 2 jadi pilihan karena takut ketemu supporter ganas yang biasanya ngumpul di kelas 3. Walaupun akhirnya kami tengsin juga, karena ternyata supporter yang ganas-ganas itu malah mendominasi kelas 1 :D...
Setelah adzan maghrib, kami kembali ke Senayan. Agak repot juga nyari tempat sholat maghrib dan sempat suuzon dengan panitia (PSSI). jangan-jangan nggak disediain tempat sholat, ya nggak heran lah timnas kita nggak maju-maju. He3, ternyata nggak. begitu masuk gate IX, ada tempat sholat yang walaupun seadanya tapi cukup bersih dan layak.

Selesai sholat, kami bergegas masuk tribun dengan melewati pemeriksaan petugas. Ternyata kami termasuk orang-orang yang membawa barang terlarang yaitu air mineral! si petugas langsung menggasak botol-botol air mineral kami dan memindahkannya ke plastik kecil lalu memberi kami sejumlah pipet. Ha2, sampe segitunya. Tapi wajar, dalam pertandingan sepakbola sekarang anarkisme nggak cuma ngelempar batu tapi dalam mode yang lebih lebay lagi, botol aqua ! uniknya, hal ini udah masuk standar keamanan event-event AFC. Pemeriksaan nggak berhenti di situ, di pintu tribun kami diperiksa lagi. Kali ini pakaian kami dirogoh dan yang dicari adalah korek api! beruntung kami nggak ada yang perokok jadi nggak ada masalah dgn korek api.



07.20 pemain-pemain keluar dari ruang ganti disambut sorak sorai riuh penonton. hati ini berdegup keras, panas-dingin waktu seisi stadion yang berisikan 50.000 kepala itu menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sayangnya, penonton agak nggak respek waktu 'Advance Australian Fair' dinyanyikan. Padahal kalau mereka tahu, menghormati negeri lain itu sama dengan menghormati negeri kita sendiri.

Pertandingan berjalan alot, sampai babak kedua Indonesia praktis cuma bisa menyerang dari sayap kirinya, Elie Aiboy. Sementara Australia tampil cukup dominan walaupun nggak diperkuat skuad eropanya seperti Tim Cahill, Mark Viduka ataupun Mark Schwarzer. Hampir tidak ada wajah pemain Australia yang aku kenal saat itu. Hingga akhirnya di ujung babak kedua, datang puncak kekesalan kami atas kepemimpinan wasit. Budi yang dijegal dengan keras dalam kotak penalti tidak diberikan hadiah penalti. Nggak ada botol aqua, jeruk pun siap dilepaskan. Posisi kami cukup strategis untuk memberi hadiah jeruk hari itu, sektor 22 di tribun bawah! Untungnya, kami masih cukup sadar dan masih ingin pulang ke rumah malam itu. Walaupun kami sempat berlekelakar, kalau kami jadi melempar, setelah ini jeruk pun masuk standar kemananan AFC . Dilarang bawa jeruk ke dalam stadion.




Selasa, 27 Januari 2009

Kontroversi Halal-Haram Onani

Maaf. Ga bermaksud saru lho, tapi aku pikir banyak yang perlu tau soal ini,
terutama buat teman2 yang menanyakannya di kampus, sori aku baru inget jawabannya ada dimana...

Mengenai onani atau istimna’bil yad (bhs arab), yakni masturbasi dengan tangan sendiri. Islam memandangnya sebagai perbuatan tidak etis dan tidak pantas dilakukan. Namu para ahli hukum fiqh masih berbeda pendapat tentang hukumnya :

Pendapat pertama, Ulama Maliki, Syafi’i dan Zaidi mengharamkannya secara mutlak, berdasarkan Al Qur’an surat Al Mu’minum ayat 5-7 : Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Maka barangsiapa yang mencari di balik itu, mereka itulah orang yang melampaui batas.
Ayat ini dengan jelas memerintahkan kita agar menjaga kehormatan alat kelamin, kecuali terhadap istri dan budak kita (budak di sini ialah budak yang didapat dalam peperangan untuk membela agama)

Pendapat kedua,Ulama Hanafi secara prinsip mengharamkan onani, tetapi dalam keadaan gawat, yakni orang yang memuncak nafsu seksnya dan khawatir berbuat zina, maka ia boleh, bahkan wajib berbuat onani demi menyelamatkan dirinya dari perbuatan zina yang jauh lebih besar bahaya dan dosanya. Hal ini sejalan dengan kaidah fiqh : Wajib menempuh bahaya yang lebih ringan di antara dua bahaya.

Pendapat ketiga, ulama Hambali mengharamkan onani, kecuali kalau takut berbuat zina atau khawatir terganggu kesehatannya, sedangkan ia tidak mempunyai istri dan tidak mampu kawin, maka ia tidak berdosa berbuat onani. Jadi menurut pendapat kedua dan ketiga diatas, onani hanya diperbolehkan dalam keadaan terpaksa dan sifatnya dibatasi seminimum mungkin sesuai dengan kaidah fiqh : Sesuatu yang diperbolehkan karena darurat, hanya boleh sekedarnya saja

Pendapat keempat, Ibnu Hazm memandang makruh onani, tidak berdosa tapi tidak etis

Pendapat kelima, Ibnu Abbas, Al Hasan dan lain-lain membolehkan onani. Menurut Al Hasan : Orang islam dahulu melakukannya dalam waktu peperangan (jauh dari keluarga/istri). Dan kata seorang mujahid murid Ibnu Abbas : Orang islam dahulu mentoleransi para remaja/pemudanya melakukan onani/masturbasi. Dan hukum mubah/boleh berbuat onani tersebut berlaku bagi pria maupun wanita.

Kesimpulannya menurut Masjfuk Zuhdi, masturbasi atau onani diperbolehkan dalam situasi dan kondisi tertentu, seperti peperangan atau masa remaja (masa remaja atau strum and drang), sebagaimana diisyaratkan oleh Al Hasan dan Mujahid di atas. Namun tidak boleh dilakukan secara rutin sebab bisa mengganggu kesehatan jasmani dan rohani. Demikian pula melemahkan potensi kelamin serta kemampuan ejakulasinya, sehingga menjadi sebab gagalnya sel sperma pria menerobos masuk untuk bertemu dengan sel telur wanita (ovum)

Sumber : Masa’il Fiqhiyah Hal 45-48

Cowok Macam Apakah Kamu?

Buat yang ce nya sering nangis (hahaha, gw iya nggak ya??), ini ada tester buat mengetahui cowok macam apakah kamu?

Cowok Cuek: "Biarin Aja,paling ntar diam sendiri"
Cowok Naif: "Beliin gulali sama balon warna-warni"
Cowok Jaim: "Plz dunk jangan bikin malu gue,masa nangis sih"
Cowok gak sabaran: "Hari gene masih nangis,plzzz dech!!?"
Cowok Sensitif: "Ikutan Nangis N memble"
Cowok ahli Hipnotis: "Saya hitung 1,2,3...dihitungan ketiga anda melupakan semuanya... lupakan
semuanya... lupakan... OK!"
Cowok Pasrah: "Terserah Lo deh!!!"
Cowok Idaman: "Menangislah sepuasnya dipundakku, sambil tangannya melingkar melindungi si
cewe (kadang meraba)"
Cowok Tajir: "Beliin Mobil, Handphone..."
Cowok Romantis: "Bacain Puisi, dinyanyiin lagu NINA BOBO"
Cowok Horny: "Dibaringin ditempat tidur del el el"
Cowok Bete: "Dipeluk sambil dibisikin `kita putus aja ya` abisnya kamu cengeng banget sih say"
Cowok Narsis: "Sibuk ngambil foto diri sendiri pake N6600"
Cowok Dermawan: "Ngeluarin recehan sembari bilang May God Bless You..."
Cowok Kere: "Sory nih yang,aqu ga bisa beliin tissu..."
Cowok Santri: "Astagfirullah....tabahkan hatimu dinda."
Cowok Kritis: "Nanya ada paan sih? siapa? kenapa? dimana? kemana? kok bisa sih? ya udah...
ambil positifnya aja lah"
Cowok tulalit: "Kamu nangis dapet bonus apa ditinggal mati sih? Hiiii...kamu bisa juga nangis
yah?"
Cowok Matre: "Cewe kere Lo... nangis mulu nyusahin gue doank"
Cowok Kejam: "Hehehehe... ini belum seberapa sayang...nanti aku bisa bikin kamu tambah
sengsara sampe meraung-raung... lebih parah lagi... mau nangis lagi?"

nah, kira2 kamu masuk yg mana tuh?sayang disini kategori co ganteng gak ada :D

dari : kaskus.us

Senin, 26 Januari 2009

kalabendu kah kita?

setiap band pastinya punya panutan..nidji misalnya, banyak bgt terinspirasi dari keane (walopun gw ngerasa nidji banyak njiplak dari keane : I )..nah, aku (bukan anak band n gbs maen musik blass selain flute yamaha jaman SMP dulu, tp vokal gw lumayan kok ha2), juga punya birokrat panutan. He's my grandpa..beliau bs gw sebut birokrat profesional. Masa muda sampai pensiun dihabiskan untuk mengabdi sebagai camat di berbagai pelosok wilayah Malang, Jawa Timur. Gelar 'camat' begitu identik sama sosok eyangku yang satu ini. Setelah pensiun pun, orang-orang disekitarnya lebih mengenalnya sbg 'pak camat' ketimbang nama asli beliau... 

Hal yg bikin gw kesemsem sama beliau of course, kita satu pemikiran! Ketika gw mutusin buat totally dedicate my life untuk dunia politik dan pemerintahan, beliau org pertama yg mendukung..hal yg nggak pernah gw temuin ketika orang2 muda di luar sana ego sektoral memandang sebelah mata bidang yg gw tekuni. bahkan beliau berpesan,' jangan ikut-ikutan orang di luar sana. mereka itu politisi tapi bukan pemerintah,mereka memimpin daerah, negara dengan cara politik tapi pemerintahannya non sense'..yup, aku nangkep pesannya yg mungkin kalo diterjemahin ke bahasa politik modern..'leadership always matter but actually they know how to lead but dont know how to govern'

sejak kecil, biasanya sehabis ngaji (dulu gw rajin ngaji he2 : ))..beliau suka banget ngajarin aku filosofi jawa. dari sekian banyak kisah, yang paling dalem adalah primbon raden ronggowarsito. sang raden ini emang nggak seterkenal nostradamus, tapi percaya nggak percaya, mereka sama hebatnya..

Salah satu masterpiece raden ronggowarsito adalah ramalannya tentang kedatangan zaman edan (kalabendu). Tanda2nya banyak, bisa dibaca dalam perumpamaan di bawah:

"akan datang suatu zaman dimana kucing mulai berkompromi dengan tikus"

"akan datang suatu zaman dimana angsa mati kelaparan di lumbung padi"

nah, kalabendu kah kita sekarang ?

Belum lari dari ingatan kita waktu Jaksa Oerip Tri Gunawan digiring ke penjara tipikor gara-gara main mata dengan Arthalyta Suryani. Inikah kala bendu itu ? ya, sang tikus (istilah buat koruptor dan sejenisnya) berbagi rejeki dengan sang jaksa (kucing, yang biasa menangkap tikus). Keduanya bahkan keliatan kompak saling melindungi di pengadilan yang terbukti lewat rekaman percakapan telepon. keren ya, bisa masuk animal planet tuh. Kucing dan tikus nggak lagi kejar-kejaran, Tom n Jerry juga perlu dirilis ulang he2..

Lain lagi kasus Yahukimo, udah agak lama sih tapi inilah 'angsa mati kelaparan di lumbung padi'. Indonesia, yang negeri zamrud khatulistiwa gemah ripah loh jinawi (tanya anak SD pasti apal!) bak lumbung padi ini gak bebas dari kelaparan, bahkan di tengah-tengah lumbung itu ada malaikat pencabut nyawa yang siap membuat angsa-angsa menjerit meregang nyawa akibat perut terlilit. Paradox of Plenty kasusnya, kata Joseph E Stiglitz dalam buku'Making Globalization Works'. Entah apa sebabnya, tapi yang sangat mungkin adalah problem aksesibilitas. Kata Amartya Sen dalam Development As Freedom, terkait bagaimana kesempatan mereka mendapat kesempatan untuk mendapatkan makanan. Atau mungkin, makanan banyak tapi masyarakat nggak mampu membelinya (maaf, aku nggak bermaksud bawa2 topik kampanye slh satu parpol lho). Dalam sebuah penelitian di Garut aku sempat mendengar pangakuan lurah setempat, "Bukannya makanan itu nggak ada mas, di pasar banyak kok, tapi masyarakat kami nggak sanggup membelinya"....

Kamis, 22 Januari 2009

Timor Timur Satu Menit Terakhir



Seperti biasa, acara mudik ke Jakarta must be 'book hunting's time'! secara, di jogja peredaran buku emang rada lemot (tapi emang murah c, *ya jelas namanya juga buku lama T_T)..


Konon alur peredaran buku di jogja, baru datang setelah Jakarta, Surabaya dan Bandung. Kita kudu nunggu 2-3 bulan untuk buku-buku yang baru aja diterbitkan..



Yeah, whatever, yg ptg skrg dah di Jakarta..Its Show Time !!!

Seperti biasa, tujuan pertama adalah Gramed tentunya. Sambil nginget2 hujatan temen :
'Lo ga sayang duit banget c yog, beli buku aja kudu d gramed!'...
tetep, buatku 'information is a power'..yang dpt informasi duluan he's got more power
ga penting harganya berapa,,sikat aja!!

Kliling2 d gramed yang katanya gramed terbesar yang ad d mall se indonesia..
sempet jiper juga cos buku2nya gda yg insightful..
sempet tergoda juga beli 'the naked traveler' padahal udah baca bolak-balik di blog
(mpe diketawain pengarangnya gara2 kesemsem trus nulis d FB :D)

finally, ketemu buku baru judulnya 'Timor Timur Satu Menit Terakhir'
awalnya ga tertarik sampe akhirnya ku balik cover belakangnya,
Waw..sang penulis (CM Rien Kuntari, wartawan Kompas)
menyatakan kalo meliput konflik di Timtim ternyata lebih menegangkan dan menantang ketimbang di Rwanda bahkan di Iraq..
Ga kebayang deh, padahal 2 konflik tadi eskalasinya jauh2 lebih besar daripada konflik di tim2!
Lagipula,bukankah seharusnya meliput di negeri sendiri jauh lebih mudah karena setidaknya kita tahu sikon lapangan lebih banyak?

Panasaran, akhirnya ku lepas duit Rp 84.000,- pake ATM Mandiri yang udah bobol dari kapan tau..

Ternyata, tantangan itu adalah diktum 'cover both sides'..gimana seorang wartawan harus berdiri atas semua kepentingan..Kepentingan warga yang pro dan anti integrasi dengan NKRI...Saking cover both sidesnya, Rien Kuntari yang jelas-jelas WNI, dituduh pro kemerdekaan Tim2. Rien sempat agak putus asa dengan berbagai ancaman hingga salah satu rekan melepaskan dehaganya, 'sudahlah rin. kalau ada salah satu kelompok yang marah atau senang sama kita, itu artinya kita nggak balance. Tapi kalo dua-duanya benci sama kita, itu artinya pemberitaan kita balance'

Tuduhan itu bukan tanpa alasan, Rien dalam menjalankan tugasnya rela menelisik hingga ke kantong-kantong markas para pasukan Falintil, pasukan pro kemerdekaan Timtim. Apa yang ditemukan oleh Rien cukup mengagetkan, ia yakin bahwa Timtim pasti akan lepas dari NKRI karena kalah dalam jajak pendapat. Salah satu alasannya adalah bahwa ternyata pasukan pro integrasi lebih akrab dengan kekerasan ketimbang pasukan pro kemerdekaan sehingga pasukan pro kemerdekaan bisa mendapatkan simpati masyarakat ! Rien mengujinya dengan sebuah pertanyaan, 'Apakah yang akan kalian lakukan jika kelompok kalian kalah dalam jajak pendapat?'

Kelompok Pro Integrasi : 'kami akan berperang !'

Kelompok Pro Kemerdekaan :'kami akan turun gunung dan bercocok tanam bersama masyarakat lainnya'

Sungguh kontradiktif dari apa yang kita dengar selama ini terutama dari buku-buku sejarah orba kalau mereka (pasukan Falintil, Fretilin dsb) adalah gerakan pengacau keamanan yang jauh dari rasa iba dan kedamaian.

Fakta lainnya yang terungkap adalah ternyata, pasukan pro kemerdekaan timtim selama ini didukung oleh pegawai pemda sendiri. Pegawai pemda yang digaji oleh RI ternyata banyak yang tidak mendukung integrasi Timtim. Dibalik baju PNS itu, tercipta sejumlah trik untuk membantu rekan-rekan mereka mencapai kemerdekaan.

Wondering...'apa yang dilakukan RI selama 24 tahun belakangan di Tmtim hingga mereka berbuat demikian?'


Jakarta Macet? Nebeng dong !


Jakarta nggak pernah nggak macet, faktanya :

  1. Jumlah perjalanan di Jabodetabek saat ini mendekati 17 juta perjalanan per hari. Dengan jumlah perjalanan sedemikian besar, kecepatan kendaraan rata-rata di Jabodetabek hanya sekitar 34,5 km per jam. Setiap hari lebih daripada 600.000 kendaraan dari Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek) berjalan ke pusat kota Jakarta dengan pola perjalanan yang konsentrik radial atau menuju ke tengah kota.
  2. Perbandingan jumlah kendaraan pribadi dan kendaraan umum adalah 98% kendaraan pribadi dan 2% kendaraan umum. Padahal jumlah orang yang diangkut 2% kendaraan umum lebih banyak dari pada jumlah orang yang diangkut oleh 98% kendaraan pribadi. Dari total 17 juta orang yang melakukan perjalanan setiap hari, kendaraan pribadi hanya mengangkut sekitar 49,7% penumpang. Sedangkan 2% kendaraan umum harus mengangkut sekitar 50,3% penumpang
  3. Akibatnya jelas. Bappenas menyatakan kerugian akibat kemacetan saja misalnya, secara ekonomi mencapai Rp 9,89 Triliun per tahun. Itu belum termasuk cost akibat kerusakan lingkungan dan subsidi BBM yang meningkat tajam

solusinya.....Nebeng yuk !

Banyak alasan yang menguntungkan untuk melakukan Carpooling atau yang lebih dikenal dengan sebutan nebeng. Kegiatan ini berupa kegiatan berbagi ruang di kendaraan pribadi karena umumnya di Jakarta, satu mobil hanya diisi satu orang dan ini merupakan salah satu sumber masalah kemacetan.

Manfaat yang paling terasa dengan Nebeng adalah menghemat ongkos BBM dan transportasi karena bisa berbagi dengan orang lain. Selain itu karena Carpooling dilakukan bersama orang yang saling kenal, sangat kecil kemungkinan terjadi tindak kriminal. Oleh karena itu para penumpang bisa dengan tenang tidur selama perjalanan. Selain aman, Carpooling bisa lebih nyaman karena pasti duduk. Dan bagi yang harus melewati kawasan three in one, Carpooling bisa menjadi sebuah solusi. Selain bermanfaat bagi yang memberi tebengan maupun penebeng, Carpooling membawa dampak positif bagi lingkungan hidup. Carpooling dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi apabila para pemilik kendaraan pribadi memutuskan ikut Carpooling. Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi akan langsung mengurangi polusi udara. Transportasi merupakan salah satu kegiatan yang menghasilkan gas rumah kaca penyebab pemanasan global sehingga dengan Carpooling, juga mengurangi emisi gas rumah kaca. Pengurangan penggunaan kendaraan pribadi juga membuat kita menghemat persediaan BBM Indonesia yang kian menipis.

Di Jakarta sendiri, kegiatan Carpooling ini telah diwadahi oleh sebuah komunitas yang menamakan diri mereka Komunitas Nebeng. Komunitas Nebeng secara organisasional berada di bawah CV Mitra Utama Niaga dengan direkturnya seorang sarjana teknologi informasi bernama Rudyanto. Komunitas Nebeng adalah kumpulan orang-orang yang berbagi kendaraan dengan tujuan menghemat BBM dan mengurangi kemacetan lalu lintas. Dalam bahasa ilmiah sistem transportasi kegiatan ini biasa disebut dengan Carpooling community. Carpooling ini menggunakan sistem berbasis web dalam situs www.nebeng.com.

Situs tersebut pertama kali diluncurkan ke publik pada tanggal 28 September 2005, tepatnya beberapa hari sebelum kenaikan BBM diumumkan pada tanggal 1 Oktober 2005. Karena harga BBM yang melambung tajam tersebut maka saat itu banyak orang terutama warga Jabodetabek yang mendaftar. Hingga saat ini jumlah jumlah anggota Komunitas Nebeng mendapat antusiasme cukup besar dari masyarakat hingga mencapai 25.000 orang

Komunitas ini tidak ditujukan untuk melarang masyarakat membeli kendaraan pribadi walaupun tiap harinya ada 200 kendaraan baru turun ke jalanan. Di Jakarta, tidak sedikit keluarga yang memiliki jumlah kendaraan dengan jumlah yang sama dengan anggota keluarga tersebut. Komunitas ini berusaha mengkampanyekan pengurangan penggunaanya di jalan.

Bagi mereka yang berminat menjadi anggota komunitas, para calon anggota Komunitas Nebeng mendaftarkan diri masing-masing di situs www.nebeng.com dengan tujuan agar data mereka bisa diakses oleh orang-orang yang ingin berbagi kendaraan dengan jalur yang sama. Situs ini content-nya terbilang sederhana. Ada kolom register, login, dan cari. Semuanya dibagi dua untuk mereka yang mencari tebengan dan memberi tebengan. Setelah mendaftar, pengunjung akan mendapatkan ID untuk masuk ke jaringan. Bagi mereka yang mencari tebengan, akan mendapat informasi tentang orang-orang yang memiliki mobil dan menyediakan tebengan. Begitu pula sebaliknya.


Prosedur pertama adalah melakukan registrasi, para calon anggota bisa memilih jenis keangggotaan apakah akan menjadi penebeng atau pemberi tebengan. Selanjutnya, ada aturan main pendataan yang harus dipenuhi calon anggota seperti larangan pengisian data yang berisi kata-kata yang tidak sopan, SARA, pornografi maupun sejenisnya. Komunitas juga tidak bertanggungjawab atas data yang diisi namun admin selalu akan menghilangkan data-data yang tidak sesuai dengan aturan main.

Setelah mengisi data pribadi para calon anggota harus mengisi keterangan tentang kondisi kendaraannya seperti tipe mobil,tahun mobil, kondisi AC, kondisi jemputan, kondisi antar, kondisi iuran (gratis atau saweran), kondisi rokok (boleh merokok dalam mobil pemberi tebengan atau tidak) bagi pemberi tebengan. Hingga pada step selanjutnya yakni kondisi jam berangkat dan pulang maupun tempat pertemuan. Pada prosesnya komunitas Nebeng kemudian mengadakan verifikasi data. Para pemberi tebengan dan penebeng akan ditemukan kecocokannya oleh komunitas dalam waktu yang tidak bisa ditentukan tergantung kondisi wilayah masing-masing. Setelah jadi member, pengunjung bisa mengakses informasi mengenai nama penumpang dan pemberi tebengan—lengkap dengan jenis kelamin, nomor yang bisa dihubungi, rute tujuan, jenis mobil, hingga penjelasan akan kondisi tertentu. Penjelasan akan kondisi tertentu ini membantu keamanan dan kenyamanan dua belah pihak. Ada orang yang merasa lebih aman dan nyaman jika berbagi kendaraan dengan sesama jenis (kelamin) atau mereka yang berkebiasaan buruk sama, suka merokok sepanjang perjalanan, misalnya.

So, selamat Menebeng!

Diolah dari berbagai sumber dan hasil studi lapangan berjudul 'Peluang Penerapan Carpooling System Sebagai Alternatif Kebijakan Transportasi Kota'

Ketika Internet Gagal Jadi Senjata Ampuh Demokrasi


Internet di sebuah negara demokratis biasa digunakan untuk membangun pemerintahan yang transparan dan akuntabel . Namun yang terjadi di China cukup kontradiktif dengan apa yang terjadi dengan dunia lain menyangkut kebebasan berpendapat melalui media internet. Menurut Backman, internet yang sebenarnya dimaksudkan untuk menggoyahkan rezim-rezim otoriter di China justru digunakan oleh pemerintah sebagai alat yang ampuh untuk mencari dan menghancurkan para pembangkang dan calon pembangkang pemerintah. Internet gagal membuat pemerintah menjadi diawasi oleh publik seperti utopianya dalam negara demokrasi. Internet oleh pemerintah dimanfaatkan untuk mencari para aktivis, mencari bukti dan kemudian memenjarakan mereka. Pada tahun 2005 misalnya, seorang jurnalis, dipenjarakan selama 10 tahun gara-gara membocorkan buku petunjuk intern Partai Komunis ke situs-situs luar negeri .
Logika penelurusannya mudah saja, setiap komputer memiliki satu alamat IP yang unik dan setiap posting atau kunjungan ke suatu situs dapat ditelusur dengan balik ke komputer asal. Ini berarti bahwa dengan tersambungnya rumah tangga ke internet, pemerintah mendapat alat pengintai yang tangguh yaitu komputer pribadi masyarakat sendiri. Pemerintahan China juga mencengkram erat-erat perusahaan besar macam Yahoo! hingga tak berkutik untuk tidak menyesuaikan diri dengan kebijakan PKC yang melakukan sensor informasi yang sangat ketat.
Tidak hanya itu, sejak tahun 2005 PKC ternyata merekrut sekitar 280.000 pengguna internet yang bertugas aktif berbincang di berbagai mailing list dan forum diskusi dengan tugas mengcounter segala komentar miring tentang pemerintahan PKC. Mereka biasa disebut sebagai 50 cents (bukan nama penyanyi hip-hop Amerika tentunya) karena mendapatkan 50 mao untuk tiap-tiap posting yang membela pemerintah.
Sumber :
Backman. Michael. Asia Future Shock. Jakarta : Ufuk Press. 2008 Hlm 172
Majalah Gatra Edisi 27 Agustus 2008 : Paradoks Pertumbuhan China

Penjernihan Air, Dari Kaporit Ke Biji Kelor

Sesuai anjuran pemerintah dan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat, air yang tercemar diberi kaporit untuk menetralkan, tapi ternyata banyak yang tetap tidak mempan. Selain itu air yang diberi kaporit biasanya akan membuat tubuh tidak nyaman. Kulit dan rambut akan terasa kering, bahkan dalam jangka panjang akan menstimulan penyakit ginjal. Dari sisi lingkungan atau ekologis, pemakaian kaporit yang secara terus menerus akan mematikan ekosistem sungai bila limbahnya dibuang ke sana. Hal tersebut bisa dicoba dengan misalnya menaruh ikan pada air berkaporit, dalam beberapa waktu ikan tersebut akan mati. Begitu juga dengan tanaman, air berkaporit yang digunakan untuk menyiram tanaman akan membuat tanaman menjadi tidak sehat.

Pusat-pusat pengolahan air perkotaan atau municipal water treatment dengan skala besar mengolah air dengan cara menambahkan senyawa kimia penggumpal (coagulants) ke dalam air kotor yang akan diolah. Dengan cara tersebut partikel-partikel yang berada di dalam air akan menjadi suatu gumpalan yang lebih besar lalu mengendap. Baru kemudian air di bagian atas yang bersih dipisahkan untuk digunakan keperluan sehari-hari. Namun demikian, zat kimia penggumpal yang baik tidak mudah dijumpai di berbagai daerah terpencil. Andaipun ada pasti harganya tidak terjangkau oleh masyarakat.
Salah satu alternatif yang tersedia secara lokal adalah penggunaan koagulan alami dari tanaman yang barangkali dapat diperoleh di sekitar kita. Penelitian dari The Environmental Engineering Group di Universitas Leicester, Inggris, telah lama mempelajari potensi penggunaan berbagai koagulan alami dalam proses pengolahan air skala kecil, menengah, dan besar. Penelitian mereka dipusatkan terhadap potensi koagulan dari tepung biji tanaman Moringa oleifera. Tanaman ini mengandung zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di dalam air.
Tanaman tersebut banyak tumbuh di India bagian utara, tetapi sekarang sudah menyebar ke mana-mana ke seluruh kawasan tropis, termasuk Indonesia. Di Indonesia tanaman tersebut dikenal sebagai tanaman kelor dengan daun yang kecil-kecil.

Proses pembersihan tersebut menurut hasil penelitian yang telah dilaporkan mampu memproduksi bakteri secara luar biasa, yaitu sebanyak 90-99,9% yang melekat pada partikel- partikel padat, sekaligus menjernihkan air, yang relatif aman (untuk kondisi serba keterbatasan) serta dapat digunakan sebagai air minum masyarakat setempat. Penelitian lain mengatakan serbuk bijinya mampu membersihkan 90 persen dari total bakteri E. Coli dalam seliter air sungai dalam waktu 20 menit. Selain itu biji kelor bisa dimanfaatkan sebagai bahan koagulan (bioflokulan) sewaktu mengolah limbah cair pabrik tekstil. Hasilnya terjadi degradasi warna hingga 98 persen penurunan BOD 62 persen, dan kandungan lumpur 70 ml per liter.
Proses Pemanfaatannya bisa dilihat pada gambar berikut :


Diolah dari berbagai sumber

Rabu, 21 Januari 2009

Reposisi Otonomi Daerah : Belajar Dari China dan India

Dinamika Ilmu Administrasi Publik dan Kaitannya dengan Isu Desentralisasi dan Otonomi

Ilmu Administrasi Publik dari masa ke masa mengalami pergeseran paradigma untuk menjawab dinamika perubahan zaman. Dengan demikian olok-olok administrator publik adalah hanya sekitar ‘carik lurah’ atau ’pegawai tata usaha’ sudah tidak relevan lagi. Stigma tersebut bisa jadi karena di masa lalu ada pemisahan antara ranah politik dan administrasi atau yang kerap disebut sebagai dikotomi politik dan administrasi. When Politics End, Administration Began. Seorang administrator hanya berkecimpung pada level implementasi dan tidak memiliki kekuatan secara politis untuk mempengaruhi proses kebijakan kendatipun ia lebih memahami masalah ketimbang perumus kebijakan. Paradigma seperti ini bahkan masih diimplementasikan hingga saat ini walaupun Administrasi Publik sudah berkali-kali mengalami pergeseran paradigma.
Karenanyalah, Ilmu Administrasi Publik meluas dari sekedar ilmu manajemen yang mengerucut dalam Public Management menjadi ilmu kebijakan atau mencakup juga kebijakan publik. Keterlibatan Administrasi Publik tadi dalam proses kebijakan, membuat ilmu ini harus mampu merancang kebijakan yang strategis dan ampuh dalam rangka mewujudkan governance reform di Indonesia. Maka tantangan ilmu Administrasi Publik di Indonesia adalah menyelenggarakan governance reform terbesar di dunia selain yang telah dilaksanakan oleh Afrika Selatan. Governance reform di Indonesia dikatakan luas karena memiliki cakupan yang meliputi : penataan kelembagaan, desentralisasi, reformasi keuangan, dan pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme.
Kajian mengenai desentralisasi adalah yang menjadi perhatian utama. Desentralisasi yang diwujudkan oleh kebijakan otonomi daerah memerlukan perhatian karena di dalamnya menyangkut kebijakan mengenai hubungan pusat dan daerah, penataan sistem kelembagaan yang efisien dan optimal, dan yang paling penting adalah terjaminnya pelaksanaan good governance. Kesemua bidang itu adalah prasyarat bagi terjaminnya pelaksanaan otonomi daerah dan tentu saja menjadi tanggungjawab peminat ilmu Administrasi Publik.

Interaksi Politik yang Berlebihan Menjadi Ganjalan Bagi Governance Reform Di Indonesia
Kondisi politik Indonesia yang tak menentu dan cenderung berlebihan akibat interaksi politik yang mementingkan kekuasaan menjadi akar permasalahan bagi terganjalnya proses reformasi tata pemerintahan di Indonesia. Dari mulai konstitusi ( UUD 1945) ternyata sudah bermasalah, amandemen yang dilakukan selama ini cenderung tak memiliki konsep yang jelas. Tentu saja ketidakjelasan konsep ini pada akhirnya akan menimbulkan ketidakpastian.

Hal tersebut bisa dilihat dari kedudukan parlemen yang trikameral dengan adanya Dewan Perwakilan Daerah (DPD), DPR dan MPR. MPR sendiri semakin kehilangan relevansinya dengan diadakannya pemilihan presiden langsung sehingga dianggap tidak lagi dianggap menjadi pemegang kedaulatan rakyat. Tidak mengherankan bila banyak pengamat yang mengusulkan agar MPR segera dibubarkan. Sistem trikameral ini merupakan anomali karena umumnya negara-negara di dunia saat ini hanya menganut sistem bikameral (two chambers). Begitu pula dengan lembaga yudikatif yang makin banyak walaupun fungsinya serupa seperti adanya lembaga Kejaksaan yang dilapisi oleh Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung.

Pun di tingkat eksekutif, proliferasi birokrasi terjadi di mana-mana. Birokrasi ditegakkan bukan karena komitmen untuk pelayanan atau profesionalisme tapi karena konsesi pada partai politik sebagai akibat dari terbentuknya pemerintahan koalisi. Ketika kabinet tidak lagi mencukupi untuk menampung kepentingan partai politik, dibentuklah komisi-komisi yang jumlahnya hingga mencapai 51 komisi.

Dengan demikian yang terjadi adalah pemborosan yang membebani anggaran negara. Terhamburnya uang negara tersebut membuat banyak pelayanan publik yang mestinya dimaksimalkan menjadi kering tanpa anggaran dan cenderung tak terbiayai. Akibatnya tentu saja pelayanan publik dan pelaksanaan governance menjadi terhambat oleh salah satu sebab tadi.

Data Governance Assesment Survey yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Kebijakan dan Kependudukan UGM yang meliputi indikator berupa Voice and Accountability Democracy, Government Effectiveness, Rule of Law, Political Stability, Regulatory Quality, dan Control of Corruption menunjukkan semua indikator tidak mengalami kemajuan. Bahkan, tidak lebih baik daripada pemerintahan di zaman orde baru. Satu-satunya indikator yang lebih baik adalah Voice and Accountability Democracy.

Walaupun demikian, hal tersebut tidak berarti kualitas governance di saat ini benar-benar buruk melainkan reformasi masih membutuhkan waktu dan usaha peningkatan. Yang paling menentukan adalah keberadaan visionary leadership, seorang pemimpin dengan kualitas kepemimpinan yang punya visi dan karakter. Keberadaannya juga perlu didukung oleh lembaga yang loyal dan profesional seperti layaknya lembaga office of the president di Amerika Serikat.

Sayangnya, lagi-lagi visi ini dimentahkan oleh proses interaksi politik yang berlebihan. Patronase penyebabnya, eksekutif seperti menteri di kabinet misalnya cenderung lebih loyal pada parpolnya dibanding loyal pada profesionalisme atau menunjukkan loyalitas pada presiden yang mengemban amanat rakyat.



Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia Telah Berkembang namun Tanpa Kendali
Pelaksanaan kebijakan otonomi daerah adalah lazim bagi Indonesia. Indonesia yang kompleks secara kultur, geografis dan historis membuat para pendirinya telah berpikir bahwa negeri ini tidak mungkin dipimpin secara sentralistis. Kebijakan otonomi daerah sendiri baru dilaksanakan di Indonesia sepenuhnya di era pemerintahan reformasi setelah selama 32 tahun berada di bawah pemerintahan yang mengutamakan politik penyeragaman.

Yang terakhir adalah dengan dilaksanakannya undang-undang no. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah yang bersemangatkan demokrasi. Sayangnya di lapangan, undang-undang tersebut memilki semangat demokrasi yang terlampau kuat dengan kendali yang minimalis. Akibatnya pemekaran wilayah terjadi di mana-mana dan cenderung berlebihan. Pelayanan publik juga menjadi kurang bermutu dan tidak merata.

Pemekaran ini banyak dilaksanakan karena pertimbangan politis bukan ekonomi maupun endowment. Fenomenanya banyak muncul kebupaten-kabupaten baru yang muncul namun sebenarnya belum memenuhi syarat sebagai daerah tingkat II. Banyak kabupaten yang hanya seukuran dua desa bila dibandingkan dengan daerah lain, akibatnya skala ekonomi di wilayah tersebut tidak pernah bisa terwujud. Ada daerah yang hanya berpenduduk 6.500 orang seperti di salah satu daerah di Maluku Utara. Bila demikian kecil daerah tingkat II tentu pelayanan publik menjadi sulit diwujudkan karena pemerintahan daerah baru tersebut tidak cukup memiliki pemasukan maupun resources. Akhirnya otonomi daerah hanya berjalan semu karena daerah tersebut tetap saja mengandalkan subsidi dari pusat sebagai pembiayaan penyelenggaraan pemerintahannya.



Mengapa kebijakan otonomi daerah menjadi begitu tak terkendali dan kehilangan orientasinya? Pertama, karena pemekaran daerah yang ada di era otonomi sekarang dikaitkan dengan sentimen etnis seperti yang terjadi di Papua. Padahal konsep pendirian kabupaten adalah didasari oleh konsep pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Kedua, pemekaran dan otonomi semata-mata diadakan untuk mengurangi sentimen disintegrasi dari NKRI. Alasan ini sebenarnya sudah tidak relevan lagi. Ancaman disintegrasi ada bukan karena adanya otonomi atau tidak tapi masalah yang menyangkut keadilan. Wilayah-wilayah yang mengancam akan melakukan disintegrasi kebanyakan adalah akibat perlakuan yang tidak adil dari pusat seperti yang terjadi d Aceh dan Papua. Separatisme muncul bukan tanpa sebab.
Maka, bagaimana pilihan kebijakan yang terbaik agar masalah ini bisa terselesaikan ? Jawabannya adalah kebijakan two stage autonomy. Pendelegasian kewenangan, keuangan dan administratif perlu dilakukan di dua tingkat yakni propinsi dan kabupaten. Bila otonomi daerah hanya diletakkan di daerah tingkat dua atau kabupaten, kebijakan ini tidak bisa menciptakan kemakmuran karena pelayanan publik dan penciptaan lapangan pekerjaan mensyaratkan scale of economy, sumber daya alam, dan kapabilitas sumber daya manusia yang cukup tinggi.


Belajar dari Otonomi Daerah di Cina dan India
Cina dan India kini telah menjelma sebagai raksasa Asia di bidang ekonomi. Cina telah berhasil mengembangkan industri berbasis rumah tangga dan membuat pembangunan tidak hanya dinikmati di pantai timurnya yang ramai. Sekarang orang tidak hanya mengenal Shanghai, Beijing dan Guangzhou tapi mulai mendengar metropolitan baru seperti Chongqing dan Sanya di ujung selatan pulau Hainan. Pun dengan India, industri barang-barang semi konduktor, teknologi informasi dan bajanya menghasilkan orang sekaliber Lakshmi Mittal. Infrastruktur yang mulai merata berhasil memunculkan pusat perekonomian baru seperti Hyderabad, Bangalore dan Chennai. Sementara itu, Indonesia belum menunjukkan kemajuan yang signifikan secara ekonomi dibandingkan dua raksasa tadi.
Kebijakan ekonomi dan desentralisasi ternyata lebih mempengaruhi perekonomian suatu negara dibandingkan dengan bentuk negara. Jadi ekonomi Indonesia bukan tergantung pada wacana federal maupun NKRI sekalipun. Tidak ada jaminan bahwa dengan bentuk negara federal Indonesia menjadi maju ekonominya atau bahkan lebih buruk. Buktinya Cina dengan bentuk negara kesatuan yang totaliter mampu mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Begitupun dengan India yang demokratis dengan bentuk pemerintahan federal.

Cina yang komunis dan totaliter ternyata sangat decentralized dalam kebijakannya. Desentralisasi yang dilakukan di Cina ternyata bukan by design atau terencana dengan matang melainkan karena keadaan yang menuntut demikian. Desentralisasi tersebut terjadi karena Beijing tidak punya cukup uang untuk daerah. Positifnya keleluasaan ini dimanfaatkan oleh pejabat daerah di Cina untuk mengembangkan potensinya masing-masing. Hal ini menimbulkan competitiveness dalam pembangunan. Kemudian dibareng dengan adanya dorongan bagi mereka yang prestasinya baik di kemudian hari akan diangkat ke jenjang karier lebih tinggi. Selain itu di Cina desentralisasi diselenggarakan pada unit pemerintahan yang lebih besar sehingga posisinya cukup mapan. Desentralisasi tersebut dibarengi dengan pemberian kewenangan yang cukup luas.

Di lain pihak India yang federal dan parlementer menyerahkan kewenangannya secara penuh pada masing-masing negara bagian selain urusan diplomatik, moneter dan keamanan. Kewenangan ini dimanfaatkan oleh negara-negara bagian untuk menarik minat investasi luar negeri sehingga mereka bisa tumbuh dengan sendirinya.

Pertanyaan kemudian muncul, mengapa desentralisasi mampu memantapkan perekonomian, menciptakan pemerintahan. Mengapa Indonesia tidak bisa mewujudkan seperti apa yang mereka capai ? tentu saja karena kebijakan otonomi daerah di Indonesia yang salah arah karena meletakkannya pada skala pemerintahan yang kecil dengan skala ekonomi dan sumberdaya yang jauh lebih rendah. Rasio penduduk dan propinsi di Indonesia dibandingkan dengan Cina dan India secara gamblang menunjukkan hal tersebut.


Rekomendasi
Kebijakan desentralisasi sebenarnya merupakan kebijakan yang tepat untuk membangun bangsa secara ekonomi sekaligus menjaga keutuhannya. Namun untuk mewujudkannya pemerintah Indonesia perlu melakukan reorientasi desentralisasi dengan model baru agar lebih jelas yakni dengan mengadopsi sistem two stages autonomy.

Dalam perjalanannya, kebijakan saja tidak cukup untuk menjamin keberhasilannya. Kualitas birokrasi sebagai tulang punggung pemerintahan sangat menentukan. Hal ini sebenarnya cukup sulit karena administrative reform di Indonesia tidak berjalan dengan baik. Karenanya dibutuhkan pemikiran segar dan inovasi untuk memperbaikinya. Kita tidak boleh hanya berkutat pada birokrasi versi Weberian yang digagas ketika revolusi industri karena pada saat ini kita telah mencapai information age.


Diringkas dari pidato ilmiah awal semester oleh Prof Dr Sofian Effendi, MPIA
Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM