Senin, 26 Januari 2009

kalabendu kah kita?

setiap band pastinya punya panutan..nidji misalnya, banyak bgt terinspirasi dari keane (walopun gw ngerasa nidji banyak njiplak dari keane : I )..nah, aku (bukan anak band n gbs maen musik blass selain flute yamaha jaman SMP dulu, tp vokal gw lumayan kok ha2), juga punya birokrat panutan. He's my grandpa..beliau bs gw sebut birokrat profesional. Masa muda sampai pensiun dihabiskan untuk mengabdi sebagai camat di berbagai pelosok wilayah Malang, Jawa Timur. Gelar 'camat' begitu identik sama sosok eyangku yang satu ini. Setelah pensiun pun, orang-orang disekitarnya lebih mengenalnya sbg 'pak camat' ketimbang nama asli beliau... 

Hal yg bikin gw kesemsem sama beliau of course, kita satu pemikiran! Ketika gw mutusin buat totally dedicate my life untuk dunia politik dan pemerintahan, beliau org pertama yg mendukung..hal yg nggak pernah gw temuin ketika orang2 muda di luar sana ego sektoral memandang sebelah mata bidang yg gw tekuni. bahkan beliau berpesan,' jangan ikut-ikutan orang di luar sana. mereka itu politisi tapi bukan pemerintah,mereka memimpin daerah, negara dengan cara politik tapi pemerintahannya non sense'..yup, aku nangkep pesannya yg mungkin kalo diterjemahin ke bahasa politik modern..'leadership always matter but actually they know how to lead but dont know how to govern'

sejak kecil, biasanya sehabis ngaji (dulu gw rajin ngaji he2 : ))..beliau suka banget ngajarin aku filosofi jawa. dari sekian banyak kisah, yang paling dalem adalah primbon raden ronggowarsito. sang raden ini emang nggak seterkenal nostradamus, tapi percaya nggak percaya, mereka sama hebatnya..

Salah satu masterpiece raden ronggowarsito adalah ramalannya tentang kedatangan zaman edan (kalabendu). Tanda2nya banyak, bisa dibaca dalam perumpamaan di bawah:

"akan datang suatu zaman dimana kucing mulai berkompromi dengan tikus"

"akan datang suatu zaman dimana angsa mati kelaparan di lumbung padi"

nah, kalabendu kah kita sekarang ?

Belum lari dari ingatan kita waktu Jaksa Oerip Tri Gunawan digiring ke penjara tipikor gara-gara main mata dengan Arthalyta Suryani. Inikah kala bendu itu ? ya, sang tikus (istilah buat koruptor dan sejenisnya) berbagi rejeki dengan sang jaksa (kucing, yang biasa menangkap tikus). Keduanya bahkan keliatan kompak saling melindungi di pengadilan yang terbukti lewat rekaman percakapan telepon. keren ya, bisa masuk animal planet tuh. Kucing dan tikus nggak lagi kejar-kejaran, Tom n Jerry juga perlu dirilis ulang he2..

Lain lagi kasus Yahukimo, udah agak lama sih tapi inilah 'angsa mati kelaparan di lumbung padi'. Indonesia, yang negeri zamrud khatulistiwa gemah ripah loh jinawi (tanya anak SD pasti apal!) bak lumbung padi ini gak bebas dari kelaparan, bahkan di tengah-tengah lumbung itu ada malaikat pencabut nyawa yang siap membuat angsa-angsa menjerit meregang nyawa akibat perut terlilit. Paradox of Plenty kasusnya, kata Joseph E Stiglitz dalam buku'Making Globalization Works'. Entah apa sebabnya, tapi yang sangat mungkin adalah problem aksesibilitas. Kata Amartya Sen dalam Development As Freedom, terkait bagaimana kesempatan mereka mendapat kesempatan untuk mendapatkan makanan. Atau mungkin, makanan banyak tapi masyarakat nggak mampu membelinya (maaf, aku nggak bermaksud bawa2 topik kampanye slh satu parpol lho). Dalam sebuah penelitian di Garut aku sempat mendengar pangakuan lurah setempat, "Bukannya makanan itu nggak ada mas, di pasar banyak kok, tapi masyarakat kami nggak sanggup membelinya"....

2 komentar:

  1. sedang mencoba dulu ya say... aku coba test posting ini bukan spam loh

    BalasHapus
  2. mungkin karena batasan kemiskinan/ kelaparan yang diterapkan emg ga sesuai dgn kondisi mereka yang di papua, inget ga dulu jaman belajar IPS (SD kayaknya) kita dibekalin sama yang namanya pengetahuan antar daerah (geografi).klo ga salah dulu pelajarannya gini:orang papua makanannya umbi-umbian ato sagu, org maluku makanannya ap, orang sulawesi makanannya ap, orang jawa makanannya beras...batasan orang miskin jadi berubah. orang harus jadi makan nasi klo ga dibilang miskin. padahal jangan2 mereka emg ga bisa ato ga terbiasa makan nasi. bisanya makan umbi-umbian ato pappeda (sagu).

    BalasHapus