Kamis, 22 Januari 2009

Timor Timur Satu Menit Terakhir



Seperti biasa, acara mudik ke Jakarta must be 'book hunting's time'! secara, di jogja peredaran buku emang rada lemot (tapi emang murah c, *ya jelas namanya juga buku lama T_T)..


Konon alur peredaran buku di jogja, baru datang setelah Jakarta, Surabaya dan Bandung. Kita kudu nunggu 2-3 bulan untuk buku-buku yang baru aja diterbitkan..



Yeah, whatever, yg ptg skrg dah di Jakarta..Its Show Time !!!

Seperti biasa, tujuan pertama adalah Gramed tentunya. Sambil nginget2 hujatan temen :
'Lo ga sayang duit banget c yog, beli buku aja kudu d gramed!'...
tetep, buatku 'information is a power'..yang dpt informasi duluan he's got more power
ga penting harganya berapa,,sikat aja!!

Kliling2 d gramed yang katanya gramed terbesar yang ad d mall se indonesia..
sempet jiper juga cos buku2nya gda yg insightful..
sempet tergoda juga beli 'the naked traveler' padahal udah baca bolak-balik di blog
(mpe diketawain pengarangnya gara2 kesemsem trus nulis d FB :D)

finally, ketemu buku baru judulnya 'Timor Timur Satu Menit Terakhir'
awalnya ga tertarik sampe akhirnya ku balik cover belakangnya,
Waw..sang penulis (CM Rien Kuntari, wartawan Kompas)
menyatakan kalo meliput konflik di Timtim ternyata lebih menegangkan dan menantang ketimbang di Rwanda bahkan di Iraq..
Ga kebayang deh, padahal 2 konflik tadi eskalasinya jauh2 lebih besar daripada konflik di tim2!
Lagipula,bukankah seharusnya meliput di negeri sendiri jauh lebih mudah karena setidaknya kita tahu sikon lapangan lebih banyak?

Panasaran, akhirnya ku lepas duit Rp 84.000,- pake ATM Mandiri yang udah bobol dari kapan tau..

Ternyata, tantangan itu adalah diktum 'cover both sides'..gimana seorang wartawan harus berdiri atas semua kepentingan..Kepentingan warga yang pro dan anti integrasi dengan NKRI...Saking cover both sidesnya, Rien Kuntari yang jelas-jelas WNI, dituduh pro kemerdekaan Tim2. Rien sempat agak putus asa dengan berbagai ancaman hingga salah satu rekan melepaskan dehaganya, 'sudahlah rin. kalau ada salah satu kelompok yang marah atau senang sama kita, itu artinya kita nggak balance. Tapi kalo dua-duanya benci sama kita, itu artinya pemberitaan kita balance'

Tuduhan itu bukan tanpa alasan, Rien dalam menjalankan tugasnya rela menelisik hingga ke kantong-kantong markas para pasukan Falintil, pasukan pro kemerdekaan Timtim. Apa yang ditemukan oleh Rien cukup mengagetkan, ia yakin bahwa Timtim pasti akan lepas dari NKRI karena kalah dalam jajak pendapat. Salah satu alasannya adalah bahwa ternyata pasukan pro integrasi lebih akrab dengan kekerasan ketimbang pasukan pro kemerdekaan sehingga pasukan pro kemerdekaan bisa mendapatkan simpati masyarakat ! Rien mengujinya dengan sebuah pertanyaan, 'Apakah yang akan kalian lakukan jika kelompok kalian kalah dalam jajak pendapat?'

Kelompok Pro Integrasi : 'kami akan berperang !'

Kelompok Pro Kemerdekaan :'kami akan turun gunung dan bercocok tanam bersama masyarakat lainnya'

Sungguh kontradiktif dari apa yang kita dengar selama ini terutama dari buku-buku sejarah orba kalau mereka (pasukan Falintil, Fretilin dsb) adalah gerakan pengacau keamanan yang jauh dari rasa iba dan kedamaian.

Fakta lainnya yang terungkap adalah ternyata, pasukan pro kemerdekaan timtim selama ini didukung oleh pegawai pemda sendiri. Pegawai pemda yang digaji oleh RI ternyata banyak yang tidak mendukung integrasi Timtim. Dibalik baju PNS itu, tercipta sejumlah trik untuk membantu rekan-rekan mereka mencapai kemerdekaan.

Wondering...'apa yang dilakukan RI selama 24 tahun belakangan di Tmtim hingga mereka berbuat demikian?'


3 komentar:

  1. wah nice review. jadi pengen baca bukunya...
    anyway tukeran link yok.. hoho kutaro link blog ini di halaman blog-ku ya.

    BalasHapus
  2. ternyata kita punya misi yang sama kalo ke jakarta. tapi perbedaannya, kalau kamu udah terealisir, aku belum T_T. Kalau kamu prefer ke Gramed, aku lebih tertarik ke daerah Pasar Senen, cari buku-buku oldies. haha...

    BalasHapus
  3. bagus reviewnya bos. tp saya mau kasih pendapat sedikit.
    Kenapa pro integrasi mengatakan seperti itu? itu karena mereka ingin menjaga keutuhan NKRI, dan juga mereka tau betul bagaimana pendatang maupun pribumi diteror oleh pro kemerdekaan.
    1 lagi, menurut isu yang saya dengar, bahwa pro kemerdekaan membayar orang2 tua yang (maaf) belum mengerti (saya masih belum tau kebenarannya).
    mungkin sang wartawan tersebut belum mengetahui bahwa rakyat tim2 mudah diprovokasi.

    itu sedikit yang saya ketahui ttg tim2
    tp untuk masalah teror, saya sangat mengetahui hal itu.

    jangan lupa kunjung balik blog saya yach. sukses selalu.

    saya juga mau cari bukunya...thx referensinya bro.

    nb : saya lahir dan besar di tim2

    BalasHapus